Analisis Investasi & Informasi Pasar Indonesia

Kenali Saham Blue Chips, Second Liner, dan Saham Gorengan

Investasi saham dikenal sebagai investasi yang high risk - high return (beresiko tinggi - dengan potensi keuntungan tinggi). Oleh karena itu, bagi yang baru mulai investasi saham atau sedang belajar harus waspada dan wajib mengetahui dan mengenali dunia yang sedang atau akan dimasukinya agar tidak terjebak dalam kerugian.

Diantara hal-hal yang perlu pelajari oleh investor pemula memahami jenis-jenis saham yang beredar dibursa saham. Selain pengelompokan saham yang dibuat secara formal seperti berdasarkan sektor industri, (Mining, Infra, Trade, Consumer, Properti, Manufaktur, Agrikultur, Finance, Basic Industry dan Industri Lainnya) atau berdasarkan pengelompokanter tentu yang dikeluarkan secara resmi dari lembaga atau organisasi (antara lain LQ45, IDX30, IDX80, IDXHIDIV20, KOMPAS100 dan lain sebagainya) ada pula istilah jenis-jenis pengelompokan saham yang umum dikenal oleh investor secara informal. Istilah-istilah tersebut adalah Saham Blue Chips, Second Tier, dan Saham Gorengan.

Karena penyebutan istilah ini terbentuk secara informal, tidak ada batasan pasti atas pengelompokan saham tersebut. Namun demikian setidaknya jenis-jenis saham Blue Chips, Second Tier, dan Saham Gorengan dapat dikenali berdasarkan pemahaman bersama atas karakter-karakter saham tersebut.

[ Baca Juga : Berapa Modal Awal Investasi Saham? ]

Saham Blue Chips

Istilah blue chip berasal dari permainan judi poker yang terdapat tiga koin yaitu merah,putih dan biru dalam memainkannya, dimana warna biru inilah yang paling besar nilainya.

Saham blue chip atau disebut juga sebagai saham lapis pertama dipahami sebagai saham dari perusahaan dengan kapitalisasi besar (ada yang bilang di atas Rp 40 triliun atau di atas Rp 50 triliun), market leader di bidangnya, dan memiliki keuangan yang kuat stabil dengan fundametal yang baik, serta pada umumnya selalu membagikan deviden.

Saham blue chip biasanya ramai diperdagangkan, sehingga bisa dikatakan sangat liquid di pasar saham, dan pergerakan harganya secara umum stabil. Volatilitas harga sahamnya cenderung rendah, dimana sangat jarang terjadi kenaikan atau penurunan yang terlalu jauh dalam perdagangannya. Dengan demikian resiko kerugian dalam bentuk capital lost dari saham ini bisa dikatakan rendah.

Meskipun pergerakan perubahan kenaikan atau penurunan harga saham blue chip ini cenderung kecil, namun cukup berpengaruh menjadi penggerak utama arah indeks industrinya atau bahkan terhadap IHSG, karena perusahaan yang kapitalisasinya besar tentu memiliki bobot yang tinggi.

[ Baca Juga : Indeks-Indeks Kinerja Gabungan Saham Saham ]

Second Liner, Second Tier atau Mid Cap 

Saham second liner atau disebut juga sebagai saham lapis dua adalah saham yang dianggap memiliki kapitalisasi pasar sedang, yang diperkirakan antara Rp 500 miliar hingga Rp 40 triliun. Pada umumnya saham lapis kedua merupakan perusahaan yang masih dapat  berkembang.

Harga saham lapis dua cenderung fluktuatif, atau memiliki volatilitas sedang hingga tinggi dan penjualan saham ini masih terbilang likuid sehingga risiko kerugian dalam bentuk capital lost dari saham ini bisa dikatakan sedang. Namun jika investor cukup jeli menganalisa untuk bisa mendapatkan saham dari perusahaan lapis dua yang bagus pada harga yang murah, maka potensi keuntungannya juga bisa lebih tinggi dari saham blue chip.

Saham Lapis Tiga dan Saham Gorengan 

Saham lapis tiga disebut juga sebagai  small-cap stocks adalah saham yang dianggap memiliki kapitalisasi pasar kecil, yang diperkirakan maksimal hanya mencapai sebesar Rp 500 miliar. Dengan kapitaslisasi yang kecil ini harga saham lapis ketiga berpotensi bergerak sangat fluktuatif atau memiliki volatilotas  yang tinggi.

Ketika saham ini ramai diperdagangkan, kenaikan atau penurunan harga saham lapis ketiga bisa bergerak sangat drastis bahkan bisa mencapai batas atas perdagangan (ARA: Auto Reject Atas) atau batas bawah pedagangan (ARB: Auto Reject Atas). Ini yang membuat saham lapis tiga cukup rawan dipermainkan harganya oleh pelaku pasar yang bermodal besar. Dalam hal ini sering dibilang "digoreng" oleh "bandar" yang bermaksud mencari keuntungan dengan cara menciptaan kondisi harga.

Kondisi inilah yang kemudian memunculkan istilah "saham gorengan" dimana harga saham di pasar modal dapat dipermainkan bolak-balik oleh bandar. Ada juga yang menganalogikan menghindari gorengan agar tidak terkena kolestrol. Saham gorengan saham ini yang dapat menyesatkan investor atau trader awam dengan membeli saham pada posisi harga saham yang kemahalan dari harga seharusnya.

Dengan kondisi demikian saham lapis tiga ini sangat berisiko besar jika dijadikan pilihan investasi, apalagi bagi investor yang tidak melakukan analisis kondisi fundamental perusahaannya. Walupun demikian, jika perusahaan tersebut memiliki fundamental cukup baik, bukan tidak mungkin perusahaan tersebut terus berkembang dan membuat harga sahamnya terus naik sesuai nilai yang seharusnya atas harga saham tersebut.

[ Baca Juga : Cara Membeli Saham Agar Menghasilkan Keuntungan ]
Share:

Recent Posts

Popular Post